Wednesday, 16 Dec 2015 - 16:51:17
Foto: bumn.go.id
CIKANEWS/energi - Akhir tahun 2015 banyak catatan sejarah yang telah dilewati oleh PT Pertamina (Persero). Krisis yang diakibatkan oleh menurunnya harga minyak mentah dan tekanan depriasi rupiah pada kuartal III 2015 telah berhasil dilewati oleh BUMN ini. Keberhasilan ini telah menyebabkan Dirut Pertamina Dwi Soetjipto, pada HUT ke 58 Pertamina nyaris tak ada beban. Ia yang memiliki hobi menyanyi , tak mau kalah menunjukkan kebolehannya di hadapan para wartawan yang berkumpul di Hard Rock Cafe, Pacific Palace, Kawasan SCBD, Jakarta, dalam rangka penganugerahan Anugerah Jurnalistik Pertamina (AJP) 2015.
Untuk melewati krisis, Pertamina memang mengembangkan inisiatif yang dikenal dengan 5 pilar strategis. Mulai dari, pengembangan sektor hulu. Efisiensi di semua lini, peningkatan kapasitas kilang, pembangunan infrastruktur marketing dan kinerja finansial konsolidasi 2015, telah membuat Pertamina seakan lulus dari ujian yang maha berat. Bahkan dari 5 pilar strategis tersebut Dwi Soetjipto memastikan, kalau sebelumnya Pertamina banyak mengerem proyek, pada 2016, Pertamina memastikan akan melaksanakan proyek-proyek yang sudah dirancang sebelumnya untuk bisa dilaksanakan.
Ia mencontohkan, proyek pembangunan kilang, yang telah puluhan tahun menjadi wacana, dan membuat ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM, dipastikan oleh Dwi Soetjipto akan dilaksanakan. Tidak ada kata menunda, apalagi membatalkan, pembangunan kilang akan dilaksanakan oleh Pertamina.
Selain berhasil keluar dari krisis pada akhir 2015, Pertamina juga dihadapkan dengan era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), yang bertujuan untuk mengatasi masalah ekonomi antar negara ASEAN, sehingga diharapkan krisis sebagaimana terjadi pada tahun 1997 tidak terjadi lagi.
Memang masih ada pro kontra terhadap kehadiran MEA. Ada yang optimis, tetapi ada juga yang ragu-ragu, bahkan pesimis. Sikap semacam itu sah-sah saja dan wajar terjadi. Namun sebagai bangsa yang besar tentu tidak tepat, bila kita hanya terkonsentrasi dengan perdebatan pro dan kontra sebagaimana di DPR. Yang lebih tepat, untuk menghadai era MEA, meminjam sinyal elemen Presiden Joko Widodo yang paling realistis adalah, “Kerja, Kerja dan Kerja”
Dibanding dengan sembilan negara ASEAN, Indonesia memang merupakan negara terbesar. Namun dari sisi pasar, Indonesia hanya 40% pasar yang ada di kawasan ASEAN. Sementara 60% berada di sembilan negara ASEAN.
Fakta semacam itu kiranya yang harus dilihat oleh Pertamina. Sebagai perusahaan dimana pada 2015 berada pada urutan 130 dalam Fortune 500, yang memiliki pendapatan sebesar US$ 79,6 miliar pada pembukuan 2014, dengan total aset US$ 50,3 miliar, Pertamina merupakan raksasa energi di ASEAN.
Tak berlebihan bila Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral I Gusti Nyoman Wiratmadja yakin sektor Migas, khususnya Pertamina harus menjadi kesempatan untuk memenangi persaingan di ASEAN . “Selama ini, sesama negara Anggota ASEAN, sumber daya kita paling maju. Bahkan Pertamina pun juga akan membangun SPBU di Myanmar,” tegasnya.
Pertamina telah membentuk perusahaan patungan dengan perusahaan lokal Myanmar untuk mengikuti tender di Myanmar. Langkah Pertamina ini jelas merupakan aksi korporat untuk memperluas pasar Pertamina di kawasan ASEAN. Di Hilir, Pertamina juga mempunyai Pabrik Pelumnas di Thailand melalui anak perusahaan, PT Pertamina Lubricants yang mengakuisisi 75% kepemilikan AMACO Productions Co LTD, produsen Pelumnas di Bangkok.
Dalam go internasional, Pertamina juga agresif di sektor Hulu. Selain punya Blok di Irak, Aljazair, Libya, Pertamina juga memiliki Blok di Kawasan ASEAN, tepatnya di Malaysia dan Vietnam. Bahkan peluang untuk menambah blok di Myanmar dan Thailand juga masih terbuka.
Dari realitas semacam itu, kiranya era MEA ini merupakan momentum bagi Pertamina untuk bangkit menjadi raksasa bisnis energi untuk bersaing di kawasan ASEAN. Tak hanya di sektor Hulu, di sektor Hilir peluang untuk masuk ke sembilan negara ASEAN cukup terbuka. Apalagi dengan masuknya Blok Mahakam ke Pertamina pasca 2017, akan membuat Pertamina merupakan produksi gas terbesar di ASEAN
Pertamina ke depan tak cukup hanya memperkuat pasar domestiknya. Dengan era MEA, justru Pertamina mempunya peluang untuk memperlebar pasar internasional di sembilan negara ASEAN. Untuk itu, apa yang sudah dirintis selama ini di berbagai negara sahabat perlu terus diperlihara dan diperluas, agar Pertamina menjadi yang terdepan dalam memperkuat daya saing nasional.
(STO)