Tuesday, 22 Dec 2015 - 11:23:35
Foto: Tim SAR melakukan pencarian korban tenggelamnya KM Marina Baru 2B di Teluk Bone, Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, 20 Desember 2015. ANTARA FOTO
CIKANEWS/transportasi - Komisi perhubungan DPR menagih peningkatan kinerja pemerintah di bidang jaminan keselamatan transportasi laut terkait tragedi tenggelamnya kapal motor Marina 2B tenggelam di Teluk Bone, Sulawesi Selatan, pada hari Sabtu (19/12).
Menurut Wakil Ketua Komisi IV DPR Ibnu Multazam, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perhubungan (Kemenhub) belum mampu menerjemahkan visi Poros Maritim dalam hal keselamatan transportasi laut. Khususnya mencakup jalur transportasi laut di wilayah Indonesia timur. "Maksud Poros Maritim kan bukan itu (keselamatan penumpang) saja. Angkutan ya harus diperbaiki. Misalnya, kapal penumpang ya harus layak berlayar. Nakhoda harus tahu informasi ketinggian ombak, serta tidak boleh (berlayar) yang kelebihan muatan dan sebagainya,"
Politikus PKB itu mendorong Kemenhub untuk memperbaiki kinerja agar insiden serupa tak lagi terulang. "Dengan adanya tragedi di Teluk Bone, khususnya transportasi laut, (kinerja Kemenhub) belum memuaskan," kata Ibnu Multazam dalam pesan singkatnya kepada Republika, Minggu (20/12).
Dia juga berharap Kemenhub segera mewujudkan tata kelola pelabuhan nasional yang memberi prioritas pada keselamatan penumpang. Dengan begitu, akan ada tindakan tegas yang bisa mencegah terjadinya kecelakaan.
Anggota Komisi IV DPR Herman Khaeron juga menilai standar keselamatan angkutan laut yang sudah diberikan pemerintah kerap diabaikan. "Kadang ini tidak diperhatikan dan saya kira di sini fungsi pemerintah lebih mengawasi terhadap moda angkutan yang utamanya berkaitan dengan pelayanan publik, karena ini menyangkut nyawa manusia," ujarnya.
Ia mengingatkan, sejauh ini sudah ada standar keselamatan di laut, bahkan termasuk sertifikat untuk para nelayan. Standar keselamatan yang ada tersebut, menurut dia, perlu dengan tegas diterapkan mengingat risiko yang dihadapi di laut sangatlah tinggi. "Kita tidak bisa memprediksi bagaimana situasi ekstrem di laut, tiba-tiba gelombang tinggi datang dan navigasi rusak padahal di situ ada karang dan lain sebagainya, itu adalah risiko dihadapi di laut," lanjutnya.
Sementara itu, Kemenhub menyatakan sejauh ini masih berfokus pada pencarian korban KM Marina. Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub Bobby R Mamahit mengatakan, berdasarkan laporan yang masuk, karamnya kapal tersebut lantaran cuaca buruk hingga adanya ombak besar yang menyebabkan kapal tenggelam.
Sedangkan, Pelaksana Tugas Syahbandar Kolaka, Sulawesi Tenggara, Muhammad Yunus menegaskan bahwa KM Marina laik jalan. "Sebelum berangkat, kapal cepat itu dalam kondisi baik dan laik jalan," katanya. Menurut dia, kondisi cuaca yang menyebabkan kapal itu hilang kontak dengan pihak syahbandar sekitar pukul 14.30 WITA Sabtu (19/12). Ia menuturkan, dalam kontak terakhir itu mesin kapal dalam kondisi mati.
"Kalau dari aspek keselamatan, dari kita sudah membuat maklumat pelayaran mengenai cuaca buruk, tapi kita lagi investigasi mengapa kapal berangkat kemarin itu. Sedang dalam proses. Sekarang proses pertolongan dulu," katanya, Minggu (20/12).
Kepala Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) Marsekal Muda Henry Bambang Sulistyo saat ditemui di tempat puluhan korban dirawat, RSUD Jafar Harun, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, mengatakan, pencarian korban akan terus dilakukan sampai tujuh hari. Jika setelah tempo tujuh hari, masih ada indikasi penemuan korban lagi, maka waktu pencarian bisa diperpanjang hingga tiga hari berikutnya.
Pada Senin, (21/12), Tim SAR gabungan telah berhasil mengevakuasi 42 penumpang dan anak buah kapal. Tiga penumpang di antaranya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Tiga penumpang yang meninggal adalah penumpang yang ditemukan di Kolaka Utara. Di antara korban selamat, terdapat seorang juru mudi. Tersisa masih ada 77 penumpang yang masih dicari oleh tim SAR Gabungan di antara perairan Siwa, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan dan perairan Lasusua, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara.
DWP
Dirangkum dari berbagai sumber.