Jonan: Nyaman dan Aman, Standar Teknologi Kereta Cepat Harus Dipenuhi
Tuesday, 26 Apr 2016 - 16:40:30
foto: istimewa
CIKANEWS/transportasi - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meminta pemerintah China (Tiongkok) menjamin standar teknologi kereta api cepat Jakarta-Bandung, agar kenyamanan dan keselamatan penumpang benar-benar terlaksana.
“Teknologi yang digunakan di China harus sama dengan kereta api cepat Jakarta-Bandung, ini sangat berkaitan dengan kenyamanan dan keselamatan penumpang. Jika tidak dapat dipenuhi saya tidak akan keluarkan izin bagi operasional kereta cepat di Indonesia,” papar Jonan di Beijing, Jumat (22/4) lalu.
Menhub Jonan telah melakukan pembicaraan dengan Menteri Pembangunan Pembangunan dan Reformasi Cina (The National Development and Reform Commission of the Peoples Republic of China /NDRC), atau Bappenas-nya China, Xu Shaoshi. Selain itu, Menhub Jonan juga telah bertemu dengan Menteri Transportasi China, Yang Chuantang, serta Presiden China Railway Sheng Guangzu.
Jonan menegaskan, Kementerian Perhubungan RI sangat mendukung proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Namun, standar teknis dan teknologi yang digunakan, haruslah jelas. "Standar teknis dan teknologi yang digunakan sangat berkaitan dengan kenyamanan dan keselamatan penumpang. Karenanya pihak NDRC dan konsorsium harus dapat memastikan standar teknis serta teknologi yang digunakan," kata Jonan.
Mantan dirut PT KAI ini mengatakan, saat ini di Tiongkok menggunakan lebar (antara dua titik tengah rel ganda) lima meter, untuk kecepatan 350 kilometer per jam, maka ketentuan itu pula yang digunakan untuk kereta api cepat Jakarta-Bandung. “Jangan diubah standarnya, lebar rel 4,6 meter, untuk kecepatan 350 km per jam. Selisih 0,4 meter itu sangat berpengaruh," ujarnya.
Dalam proyek senilai Rp 78 triliun tersebut, China semula mencantumkan standar kecepatan 250 kilometer per jam, dengan lebar antara dua titik tengah rel ganda kereta api 4,6 meter. Namun, belakangan tingkat kecepatan ditingkatkan menjadi 350 kilometer per jam, tanpa mengubah lebar rel kereta menjadi lima meter, seperti standar teknis yang digunakan di Tiongkok.
"Proyek ini dibangun oleh Tiongkok, menggunakan standar teknis dan teknologi Tiongkok. Ya itu yang dipakai, jangan menggunakan standar berbeda. Jika, ini dilakukan maka kami akan menggunakan konsultan independen negara lain untuk proyek ini. Tentu pihak Tiongkok tidak mau kan," kata Jonan menegaskan.
(MAL)